Sunday, May 13, 2007

Hanami Party

Ikeda sensei, profesor yang membimbing tesis suamiku, mengundang kami untuk Hanami party di Ze-Ze koen, di tepi Biwako (danau biwa). Dari apato kami berangkat pukul 10 pagi. Dimulai dengan 10 menit jalan kaki ke Seta eki (stasiun Seta), disana telah menunggu Muhidin san, mahasiswa S2 asal Uzbekistan. Perjalanan dilanjutkan dengan densha (train, KRL kata orang jabotabek) ke Ishiyama eki. Lalu pindah ke Ishiyama Keihan menuju Ze-Ze eki. Mungkin karena pas week end, densha agak penuh hari itu. (Tapi jangan dibayangkan penuh hingga empet2an seperti KRL ekonomi jurusan Bogor-Jakarta lo....). Tiba di Ze-Ze eki, kami berjalan lagi 10 menit lamanya ke ko en.Rupanya disana telah menungu Hung san, mahasiswa S3 asal vietnam, beserta keluarga dan temannya. Tak lama, Ikeda sensei menyusul datang dan juga teman2 lainnya.

Hanami party sebenarnya adalah acara kumpul bersama untuk melihat bunga sakura yang sedang mekar. Kata Hanami berasal dari Hana (bunga) dan Mite (melihat). Jadi Hanami party adalah piknik bersama di bawah pohon sakura. Kenapa sih, kok pake acara piknik segala hanya untuk melihat bunga sakura? ....itu karena bunga Sakura hanya mekar selama 10 hari dalam setahun. Jadi, kata suamiku, aku dan anak-anak beruntung datang ke jepang pas awal musim semi ini.

Alas piknik segera digelar, kompor gas portable dinyalakan. Untung Ikeda sensei membuat semacam dinding plastik untuk para bayi dan ibunya. Kalo nggak, bisa-bisa para bayi membeku kedinginan. Kutulis para bayi karena memang bukan cuma ada Hana chan tapi ada juga Ran chan (puteri pertama Hung san) dan temannya. Maklum, bukan cuma dingin banget tapi juga angin bertiup kencang dari arah danau Biwa. Pipi Hana jadi memerah dan tanganku kaku kedinginan.( Aku lupa pake kaos kaki, lagi !!!). Herannya, nampaknya Hana tidak terganggu sedikitpun oleh dinginnya udara dan tiupan angin. Dia malah tertidur pulas di stroller-nya.

Disana kami makan sushi, telur rebus yang rasanya agak gurih, fruit yasai with peanut sauce (yang menurutku mirip pecel minus rasa manis pedes dan aroma daun jeruk) dan beberapa soft drink. Tentang yasai with peanut sauce (ini istilahku sendiri lo....), adalah beberapa macam sayuran seperti sawi, mushroom, okra yang direbus bersama dengan daun bawang, tiram dan potongan daging ayam dalam panci keramik lalu dimakan panas-panas dengan saus kacang encer. Dalam udara dingin seperti itu, sayur pecel ala jepang segera ludes abis.

Pada kesempatan itu, suamiku menyerahkan o miyage (hadiah) dari kami untuk Ikeda sensei dan isterinya (sayang isterinya tidak ikut hadir) berupa kemeja dan kain batik . Kemudian acara dilanjutkan dengan foto bersama dan jalan-jalan. Pukul 4 sore, kami pulang menempuh rute yang sama. Dalam perjalanan pulang, tentu saja aku tidak lupa hunting bunga-bunga jepang untuk ku foto dan membuat kesal Mutia. '' iih ummi, cepetan donk jalannya !''. (Maaf ya sayang, soalnya bunga-bunga jepang cantik-cantik dan bikin gemess). Pukul 5 sore, kami tiba di apato dan cepat-cepat meringkuk di bawah selimut untuk menghangatkan badan. Meskipun kemudian tanganku dan pipi Hana tampak gosong karena frost bite, aku tidak menyesal harus kedinginan hanya untuk melihat sakura mekar. Sakura..sakura....kirei ne!.


Thursday, May 10, 2007

Party di rumah Ikeda sensei

Waktu aku masih di Indonesia, suamiku sudah mengingatkan bahwa ada kemungkinan besar aku harus memasak makanan khas Indonesia untuk dibawa ke rumah Ikeda sensei. Maklum Ikeda sensei senang sekali memasak dan suka makanan yang memakai santan sebagai salah satu bahannya. Benar juga, pada hari kamis tanggal 29 April 2007, kami diundang untuk menghadiri "welcome party" , pesta untuk menyambut kedatangan kami sekeluarga. Malam sebelumnya aku sudah sibuk memasak rendang. Meskipun ini pertama kalinya aku masak rendang. aku sih pe de aja, soalnya aku tinggal nyemplung aja semuanya. Kan ada bumbu instan "bamboe", he he.

Tapi bingung juga karena daging halal yang kami punya hanya 1 Kg sedangkan diperkirakan ada 12 orang di pesta itu. Mana cukup? akhirnya kuputuskan untuk mencampurnya dengan kentang goreng dan potongan daging diperkecil. Kalo ada orang Indonesia lain yang hadir waktu itu, aku pasti diketawain, "ini rendang atau sambal goreng?". Mau tahu gimana hasilnya ini dia....., digarnis pake daun bawang dan wortel (itu juga ide dadakan dan pake bahan seadanya di kulkas).


Di pesta itu Ikeda sensei menyediakan sup labu, nasi yang di tim bersama seafood (masakan spanyol, katanya). Prabina san membawa ''Nepal salad" karena dia memang berasal dari Nepal. Keluarga Hung san memasak sup soun yang mereka sebut "Fe". Yang san (asal China) membawa spicy wing dan Muhidin membawa es krim plus buah. Untungnya hampir semua orang di pesta itu suka rendang bikinanku. "It's delicious" kata Muhidin san, " I like your rendang and I want to cook it" kata Prabina san. Waktu kujelaskan bahwa aku memasaknya selama dua jam with low flame, mereka heran ,"really?". Mereka tidak tahu bahkan di Indonesia rendang dimasak selama 4 jam!. Syukurlah kewajiban memasak pertama sukses, untuk pesta-pesta selanjutnya.....think later!.

Ada hal yang membuat aku dan suamiku surprise malam itu. Saat Mutia anak kami di tanya beberapa soal perkalian, Mutia menghitungnya dengan jari (semacam metode jarimatika). Ternyata itu adalah metode baru bagi mereka, ''sugoi " (hebat) kata mereka. Dan karena bahkan suamiku tidak mengenal metode itu, aku lah yang wajib menjelaskan pada mereka semua bagaimana menghitung perkalian menggunakan jari tangan. Aku tahu bagaimana sulitnya bagi anak SD menghapal perkalian. Itu sebabnya aku mengajari Mutia bagaimana menghitung perkalian angka-angka di atas lima dengan menggunakan jari tangan. Aku sendiri lupa siapa yang telah mengajariku metode itu dulu saat masih SD. For someone yang telah mengajariku jarimatika, doumo arigatou gozaimasu !!!.

Monday, May 7, 2007

Japan, I'm coming....

31 Maret 2007.

Semburat merah di ufuk timur mulai tampak dari balik jendela pesawat dan kulihat Mutia, putri pertama ku, masih tidur pulas.Begitu juga Hana, putri kedua ku, di pangkuanku. Pukul lima pagi waktu Jepang, berarti masih 3 jam lagi untuk tiba di bandara Kansai Osaka. Apa yang akan kualami nanti setelah aku dan anak2 bertemu suami? what will be will be..Bagiku semuanya akan tetap jadi perjuangan untuk survive.Bedanya, di Indonesia aku harus hadapi semuanya sendiri sedangkan di Jepang nanti ada suami yang akan membantu.Bagi Mutia, mungkin ini momen yang telah lama dia tunggu.Hana, nangis nggak ya, pas pertama ketemu abinya? dia kan ditinggal sejak berumur 3 hari.Pukul 06.30, kubangunkan anak-anak untuk sarapan setelah itu mereka tertidur lagi.

Kerangkatan kami ke Jepang sudah kami rencanakan sejak hampir setahun yang lalu, itu pun melalui proses yang berliku. Dan semuanya harus kukerjakan sendiri bahkan sebelum masa nifas ku berakhir.Mulai dari translate dokumen, pembuatan paspor,complain ke PT POS hingga pembuatan visa.Untungnya saudara, teman dan tetangga banyak memberikan bantuan (buat keluarga jl johar, keluarga Bandung, ibu dan temen2, makasih banyak ya....). Khusus tentang complain ke PT POS dan pembuatan visa, benar-benar keajaiban dari Allah untuk kami. Bayangkan aja, Eligibility sertifikat yang telah kami tunggu sejak hampir 10 bulan dihilangkan begitu saja oleh PT POS.Padahal dokumen itu kami butuhkan untuk mengurus visa. Hampir gila rasanya membayangkan dokumen itu hilang selamanya padahal sebagian barang sudah dikirim ke Jepang dan hampir semua tabungan terkuras untuk semua persiapan kami. Tinggal berangkat,kok adaaaa aja ujian yang menuntut kesabaran kami.

Pukul 08.00 pesawat mulai landing di bandara Kansai.Kulihat betapa bersemangatnya Mutia untuk segera bertemu abinya, teman bermain sekaligus teman berantem nya. Saat pemeriksaan dokumen imigrasi, aku sempat bengong juga sejenak ketika petugas yang bersangkutan bertanya dalam bahasa Jepang. Yang bisa kutangkap saat itu hanya '' kore wa...kore wa... '' (maklum bahasa jepang ku hanya sebatas baca buku saja he.. he..).Dan susahnya lagi, ternyata dia juga tidak bisa bahasa Inggris !. Ooh, rupanya dia menanyakan satu dokumen yang harusnya dimiliki Hana. Kujawab saja '; I didn't receive it for my baby''. Dia balas menjawab, '' kore wa... kore wa... lagi. " I must fill this blank document?" tanyaku, "Haik...haik..., buru-buru kuisi formulir itu. Untungnya pas pemeriksaan bagasi Hana menangis keras saat disapa kawai ne...kawai ne (lucunya, lucunya) oleh petugas imigrasi bandara. Jadi batal deh pemeriksaan koper oleh mereka. Aku segera berlalu seraya berkata '' Arigato gozaimasu'' (Makaci ya Hana sayang....).Di lobby bandara, Mutia segera berlari menghampiri dan memeluk abinya. ''Aku hampir menangis tadi pas dipeluk muti", cerita suamiku. Oo ternyata dia kangen juga pada kami. Akhirnya kami sekeluarga berkumpul kembali setelah hampir setahun berpisah.