Tapi bingung juga karena daging halal yang kami punya hanya 1 Kg sedangkan diperkirakan ada 12 orang di pesta itu. Mana cukup? akhirnya kuputuskan untuk mencampurnya dengan kentang goreng dan potongan daging diperkecil. Kalo ada orang Indonesia lain yang hadir waktu itu, aku pasti diketawain, "ini rendang atau sambal goreng?". Mau tahu gimana hasilnya ini dia....., digarnis pake daun bawang dan wortel (itu juga ide dadakan dan pake bahan seadanya di kulkas).
Di pesta itu Ikeda sensei menyediakan sup labu, nasi yang di tim bersama seafood (masakan spanyol, katanya). Prabina san membawa ''Nepal salad" karena dia memang berasal dari Nepal. Keluarga Hung san memasak sup soun yang mereka sebut "Fe". Yang san (asal China) membawa spicy wing dan Muhidin membawa es krim plus buah. Untungnya hampir semua orang di pesta itu suka rendang bikinanku. "It's delicious" kata Muhidin san, " I like your rendang and I want to cook it" kata Prabina san. Waktu kujelaskan bahwa aku memasaknya selama dua jam with low flame, mereka heran ,"really?". Mereka tidak tahu bahkan di Indonesia rendang dimasak selama 4 jam!. Syukurlah kewajiban memasak pertama sukses, untuk pesta-pesta selanjutnya.....think later!.
Ada hal yang membuat aku dan suamiku surprise malam itu. Saat Mutia anak kami di tanya beberapa soal perkalian, Mutia menghitungnya dengan jari (semacam metode jarimatika). Ternyata itu adalah metode baru bagi mereka, ''sugoi " (hebat) kata mereka. Dan karena bahkan suamiku tidak mengenal metode itu, aku lah yang wajib menjelaskan pada mereka semua bagaimana menghitung perkalian menggunakan jari tangan. Aku tahu bagaimana sulitnya bagi anak SD menghapal perkalian. Itu sebabnya aku mengajari Mutia bagaimana menghitung perkalian angka-angka di atas lima dengan menggunakan jari tangan. Aku sendiri lupa siapa yang telah mengajariku metode itu dulu saat masih SD. For someone yang telah mengajariku jarimatika, doumo arigatou gozaimasu !!!.
No comments:
Post a Comment